Pertaruhan



Dunia datang hanya sekali. Sungguh, kesia-siaan belaka hidup yang tak diresapi. Siapakah sudi hidup dengan wajah bukan dirinya, melainkan badut yang berdiri gagu.

Lari, larilah sejauh mungkin. Ke ujung cakrawala atau ke angkasa malam. Meski tapak kaki dan sekujur tubuh, dikoyak-koyak pilu dan kegetiran.

Ini tentang pertaruhan.

Serupa dadu yang digelindingkan. Seumpama kartu yang dibagikan. Dalam hidup yang tak pernah pasti, keyakinan adalah barang taruhan. Pertimbangan matang adalah bahan analisa. Kita baru menjadi yakin, ketika semua nalar diri berkata "itu memang pantas untuk dipegang!"


Dan bila hidup telah dipetaruhkan. Doa-doa memanjatkan syair rindu. Nyanyian tentang harapan yang menunggu kenyataan. Menunggu di sudut bangku sepi itu, ketika musim hujan yang tak mau usai, menggigil sepanjang ujung tahun.

Lalu kita pun tertunduk. Saat resah mulai menghampiri. Lelah merasuk. Ataukah kita telah kecewa?

Dan bila hidup telah dipertaruhkan. Semoga keyakinan, seteguh penantian hati seorang kekasih setia. Yang setitikpun takkan pernah membersitkan kata pulang. Walau langit runtuh sekalipun.

Sungguh, kau tak harus ikut terseret menanggung deritanya. Cukup aku saja, keyakinan, harapan dan takdirnya yang mungkin hanya berwujud rasa pahit.

Dan bila hidup telah dipetaruhkan.


* * *

Kampung Pettarani, Makassar 22 Maret 2011


Sumber Gambar: dice by dgeocello on deviantart.com




1 komentar:

  1. mungkin terkesan candaan belaka dari hingar bingarnya kampus... tapi kata...

    "Hadapilah tembok mu!!!"

    tidak akan pernah saya lupa....

    BalasHapus