Tulisan ngawur dalam situasi stuck syndrome.



Tak perlu takut sunyi
seperti jernih embun,
hinggap di dedaunan justru dimasa malam paling hening

Tak perlu takut sunyi
Sebab tuhan itu sendiri
Dan sedetikpun dia tak pernah cengeng


(ya ya ya... puisi dodol... dan terkutuklah aku terbakar hidup-hidup dalam api jahanam bernama “sepi” yang paling mengerikan)

Tai kucing!
Berani-beraninya “puisi nda lucu kelas tong sampah” ini nangkring tanpa undangan di kepala, mengolok-olok saya pula. Cuiiih!
Ketimbang sibuk meladeni intuisi yang tak punya sopan-santun dan terutama gak penting ini, mending ke depan komputer.

Eeduyhaw2@gmail.com, pencet TAB lalu ketik ***********, sebelas kombinasi kata sandi. Disusul pencet ENTER, atau mungkin lebih tepatnya kalau disebut menjitak ENTER. Soalnya, kekuatan tekannya sedikit berlebih dan bunyi yang dihasilkan agak menonjol dibanding tuts sebelumnya. Kebiasaan lucu ini lama-lama menjadi

ritus.

Loading berlangsung sebentar saja, dan jrreenng... jrreenng... welcome to the new world. FACEBOOK.

Klik pemberitahuan, tak ada yang mencuri perhatian. Klik kotak pesan, sami mawon. Isinya cuma info workshop film oleh komunitas di seberang pulau sono.
Periksa dinding halaman berita populer, lagi-lagi foto profil plus kalimat status cewek satu ini seolah ogah alpa di barisan pemimpin klasemen. Di bawahnya, belasan komentar antri bersusun rapi. Kalau tak salah, pernah malah komennya menembus angka 30-an lebih. Padahal isi statusnya kebanyakan chat-chit-chut diri sendiri. Dari telat ke kampus gara-gara tidur kesiangan, hingga sisir kesayangannya tiba-tiba ngumpet entah kemana.
Ckckckckck... FACEBOOK!

Wajah imutnya mungkin punya pengaruh. Sebab yang nongol komentar rata-rata laki-laki. Tapi itu mungkin loh ya. Dan harus diakui, berdasarkan indikator umum foto-foto di album narsisnya, dia memang imut lagi ceria.
Saya sendiri enggan ikut-ikutan. Bukan karena tak ingin. Tapi tak mau dicap murahan. Biasalah, jaga image biar dikira cowok berkualitas. Jurus “ular pura-pura cool ”. (wkwkwkwk... hueeek!)

Bosan cari-cari info menarik dari status orang lain yang tak jua kunjung ada, kursor lalu diarahkan ke bawah. Periksa makhluk mana yang kira-kira sudi diajak ngobrol ngalur-ngidul gak jelas.
Pilihan jatuh ke nama DWI ASTINI. Mengapa? Pertama, karena dia perempuan. Kedua, karena dia perempuan. Ketiga, karena dia perempuan.
Mengapa perempuan? Karena ngobrol dengan lawan jenis lebih memungkinkan untuk mengusir sepi. Tapi, tentu teori absurd ini tak berlaku dalam kasus homo dan lesbian.

Dalam tinjuan historisnya, DWI ASTINI tak punya hubungan kekerabatan dengan saya, atau dalam kalimat yang lebih fair “saya tak punya hubungan kekerabatan dengan DWI ASTINI. Saya bukan teman SD, SMP, SMU, kuliah, kerja, sepupu, saudara, pacar, apalagi ayahnya dia.
Satu-satunya alasan mengapa kami berteman adalah kebetulan.

Kebetulan dia punya akun FACEBOOK saya pun demikian. Kebetulan dia gabung di grup KOMPASIANA saya pun demikian. Kebetulan saya mengklik tombol add di dindingnya, dia pun mengklik tombol confirm di kotak permintaan pertemanannya.

Kebetulan dia asik diajak ngobrol ngaco dan sampe hari ini masih juga tahan belum me-remove saya, maka terjadilah percakapan ngawur di bawah ini yang inisiatif awalnya tentu saja dari saya:

SAYA : dwi astiniiiiiiiii...
DWI ASTINI : iyaaaa aduduuhaayyy...
SAYA` : lg ngapaiiiiinnn...
DWI ASTINI : ngutak-ngatik blog saya...
SAYA : oh ya...bagi linkx donk...
DWI ASTINI : http/dwiastini.com

(setelah beberapa lama)

SAYA ` : udeh liat webx... blogx jg... bikin web buat tugas kuliah ya???
DWI ASTINI : bukan... buat nulis aja...
SAYA : sdh ada tulisan barunya blum??
DWI ASTINI : mau benerin web dulu... baru abis itu nulis yang singkat, padat dan jelas. Nulis status.... :p
SAYA : hehehe status... nah... krn sy lg stuck bingung mo nulis apa... bgmn kalo sy nulis tentang kamu aja boleh gak?
DWI ASTINI : silahkan, kalo itu mbuat kamu bisa menulis lagi
SAYA : hehehe...udeh dpt permit nih yeee... jangan nyesel blakngan lho yeee... xixixixixi (ktwa niat jahat)
DWI ASTINI : awas yeee...:p


Tadinya foto DWI ASTINI ini tak ada...berhubung Pak Luvori nanya di kotak komentar apakah sosok yg dimaksud cakep? jadinya saya tempelkan...tentu saja belum minta izin sama yang punya foto. Kurang ajar kan... si Pak Luvori? Hahaha...



Percakapan absurd selesai. Diinterupsi bosan yang datang lagi. Padahal baru 10 menit saya berada di world wide web.
Log out mungkin lebih baik.

Hmm... alienasi, atomisasi, sepi dalam keramaian, fenomena khas peradaban baru. Mestinya saya telah mampu mengantisipasi hal seperti ini sejak dulu. Tapi lucunya jebol-jebol juga.
Dunia yang makin serba cepat, sunyi yang juga makin mudah merasuk.

Dia, Mark Elliot Zuckerberg, boleh melipat-lipat jarak dan waktu.
Tapi 10 menit ngobrol ngawur dengan DWI ASTINI, itu masih sama absurdnya dengan diamnya saya dan teman sepermainan meski kami telah bertatap muka sekalipun.

Sudah sebulan stuck syndrome menyerang. Buntu tak tahu mau bikin apa. Tak satupun yang mampu bikin bersemangat. Kunyuknya, sudah 3 minggu terakhir pula kondisi tubuh lagi loyo-loyonya.
Batuk betah gak pergi-pergi. Capek sedikit badan langsung demam. Payah.

Biasanya nafsu jajan jadi pelampiasan. Makan sana, makan sini. Kali ini resep ini pun tak lagi manjur.
Mau jalan-jalan males. Syuting eneg. Nonton, bosan. Baca, gak ada pemikiran baru. Nulis, mati ide. Mabok, capcai deh. Ke panti pijat, not my style.

Besok saya niat puasa saja. Tak peduli itu hari sabtu, bukan senin atau kamis. Bukan karena ingin mengejar pahala. Semata-mata hanya ingin mengubah perspektif saja.
Puasa ibaratnya membalikkan badan. Kepala di bawah, kaki di atas. Kalaupun tak dapat energi baru, paling tidak lumayanlah dapat view baru.

Kadang-kadang, dalam stuck syndrome yang sunyi seperti ini, hidup tak ubahnya seperti seonggok tai kucing. Sama sekali tak menarik!

Tiba-tiba handphone saya berbunyi. Teman saya SMS. Bunyinya begini:

Hidup ini bagaikan film
Saat kau tertawa... komedi
Saat kau berkelahi... action
Saat kau menangis... drama
Saat kau bercermin... hantuuuuuuu...


(haha...lucumu...basi...wuuueeekkk!!!)

Sebaiknya sudah dulu ah... makin lama saya nulis, jidat saya makin bingung sendiri dengan barisan kata-kata yang saya buat.
Begini ini bilamana situasi stuck syndrome merasuk.


Makassar, Kampung Pettarani 18 Februari 2011.


catatan: Saya rasa tulisan ini jadi tulisan terburuk yang pernah saya buat. Sebab untuk pertama kalinya saya berSAYA-SAYA ria dalam sebuah tulisan. Hal yang sebenarnya saya benci. Cengeng...!!!

sumber gambar:
* Solitude in an Empty Street
by brianangg deviantart.com
* galeri foto dwi astini @ http://www.facebook.com/dwi.astini
Selengkapnya...