6 hari 3 kota (part 2)

Part 2: A Morning Cloudy in Malili River.

Hari ke 3 tiba di Kota Malili (28/1/10), Kabupaten Luwu Timur. Magrib sebentar lagi penuh.

Seharian tadi diguncang-guncang bak adonan kue di dalam mobil. Ini gara-gara pemerintah belum mampu menambal jalan yang penuh lubang-lubang kecil bak jerawat.

Walhasil, pas tiba di rumah tujuan, mata lebih memilih terlelap cepat. Padahal malam masihlah muda.

Tapi hal tersebut justru mendatangkan peruntungan lain. Belajar dari ayam yang terbiasa bangun awal, Subuh-subuh ternyata ruh ini sudah connect dengan bumi. Hal yang selama ini sulit dilakukan tanpa bantuan alarm handphone.



Setelah laporan pada yang di 'atas barang 10 menit, senjata pamungkas Mr Nikon kembali dipersiapkan. Kali ini bidikan harus lebih jitu.

Pasokan cahaya matahari masih belum sempurna, jam di dinding masih berputar di angka 5: 15. Duduk-duduk di teras dulu menunggu saat yang tepat untuk bergerak. Sayang langit pagi itu mendung.

Tapi itu bukan halangan, toh yang ditarget bukan panorama. Hari ini giliran pasar ikan di tepi Sungai Malili dan segenap penghuninya yang bakal dieksploitasi. Kalau perlu di'perkosa' abis sampai berkali-kali. Kemarin sore waktu mobil yang dikendarai melintas, penampilannya lumayan genit dan menggiurkan.


Sarung yang masih menggelantung di pinggang tak perlu dilepas. rambut tak usah disisir. Di pasar tak perlu dandan. Bukan disini tempatnya kalau mau ngeceng. Sono no...di laut.

Tarik napas tiga kali, ucap basmalah. Tak lupa kirim doa buat orang tua tercinta, sambil kedua tangan menyaapu wajah... daaan... berangkaaat!!! (gak segitunya...kalee!!)

Malili River...watch out i'm coming!!!

____________________

Kampung Pettarani, Makassar 3 Februari 2010.

Selengkapnya...

6 hari 3 kota


Part 1: Benang Sutra di Kolong Rumah.

Akhirnya, tiba juga di Kota Sengkang, Kabupaten Wajo (27/1/10). Setelah menempuh perjalanan lumayan jauh dari Makassar plus nginap satu malam di Pare-Pare.

Ini kota pertama yang harus disinggahi dalam rangka cek lokasi tempat penelitian La Galigo oleh Pusmed UNHAS.

Kebetulan, saat sedang melepas lelah di teras rumah panggung basecamp peristirahatan, di sebelah ada seorang ibu yang sedang serius memintal benang sutra di bawah kolong rumah.

Tanpa tedeng aling-aling, Nikon D 40 punya teman yang sedang nganggur langsung disambar. Bermodalkan pengetahuan fotografi seadanya, malah sebenarnya menjurus amburadul, tetangga di samperin.

Ucap salam, sedikit basa-basi sok ramah, tanya ini-itu sambil manggut-manggut ooo…hmm…!!! Dua menit kemudian, si Nikon mulai beraksi. “Jepreeet...jepreeet…cckliik...cckliik…cckliik…!!”


Entah saking semangatnya atau dasar saking begonya, bisa-bisanya sampai lupa menanyakan nama si ibu dan segala detil maksud yang ia sedang kerjakan.

Begini deh kalo kelas amatiran. Sedari awal di kolong rumah itu, di kepala cuma dijejali pikiran: kok ini gambarnya begini ya? Apa speednya harus dikurangi lagi? Kok saya gak bawa lensa 70-300mm? Ah…ini kan diafragmanya udah mentok! Kok over? Kok gak kontras? Kok komposisinya ancur? Kok gak fokus? Kok dari dulu gak memperdalam fotografi?

Mau bilang apa lagi, maklumilah kalo hasilnya seperti yang tampak di atas. Lha wong itu sudah mengerahkan segala jurus pamungkas yang dipunyai lho.
Itupun masih polos, belum dijamah Adobe Photoshop.

Silahkan menikmati (itu kalo ada yang bisa dinikmati…hiks!!! ^_^)

_____________

Kampung Pettarani,Makassar 2 Februari 2010.

Selengkapnya...